Lokomotif CC 200

Lokomotif CC200 dengan nomor model AlCO-GE UM 106T adalah lokomotif diesel pertama di Indonesia [3], buatan pabrik General Electric tahun 1953. Lokomotif diesel elektrik dengan berat 96 ton ini dipesan oleh Indonesia sebanyak 27 buah. Lokomotif CC 200 yang tersisa sekarang berada di museum Kereta api Ambarawa yaitu CC 200 15 yang masih dirawat dengan baik untuk dilestarikan. Dua "saudara" terakhirnya, CC 200 08 dan CC 200 09 sudah dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta setelah dinyatakan pensiun.
Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1.750 hp dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Co'2'Co' artinya, lokomotif ini memiliki dua bogie penggerak masing-masing dengan 3 gandar penggerak dengan 6 motor traksi dan satu bogie idle yang terdiri dari dua pasang roda.
Perlu diketahui bahwa meskipun lokomotif CC200 merupakan lokomotif diesel pertama di Indonesia sebagaimana banyak dijelaskan, ternyata pada buku berjudul Het Indische Spoor in Oorlogstijd, halaman 154-155, ada lokomotif diesel yang diproduksi oleh De Vulkaan Surabaya, yaitu kelas 5006. Lokomotif ini menggunakan mesin bekas artileri Jepang dengan enam silinder dan rangka dasar gerbong SS, serta diperuntukkan bagi KNIL selama Perang Kemerdekaan.[4]
Daftar isi
Sejarah[5]
Awal Beroperasi
Setelah Perang Kemerdekaan usai tahun 1949, kondisi perkeretaapian Indonesia rusak. Untuk memperbarui sarana KA yang sudah tua dan rusak akibat perang, maka DKA memesan sarana KA yang baru, berikut berbagai jenis lokomotif diesel, lokomotif uap, kereta penumpang dan gerbong barang.CC 200 adalah salah satu contoh. Rencana pengoperasian lokomotif diesel sudah ada sejak zaman Staatsspoorwegen, diwacanakan dan disebut-sebut dalam laporan tahunan Staatsspoorwegen tahun 1930. Namun wacana ini gagal karena Belanda saat itu sedang dilanda Perang Dunia II.
Setelah perang usai, disusunlah rencana modernisasi perkeretaapian Indonesia yang mencakup pembelian 100 unit lokomotif uap D 52 dan 27 unit lokomotif diesel CC 200.
Pada 1953, lokomotif diesel CC 200 tiba di Indonesia. Karena tekanan gandar jalan rel di Indonesia saat itu maksimal 12 ton maka CC 200 yang memiliki berat 96 ton terlalu berat apabila hanya memiliki susunan Co'Co' atau 2 gandar penggerak 3 roda. Maka ditambahkanlah gandar tambahan sehingga susunannya menjadi Co'2'Co' atau 2 gandar penggerak 3 roda dan satu gandar tak berpenggerak dengan dua roda. Susunan ini unik karena hanya di Indonesia lokomotif ini dimodifikasi gandarnya untuk mengakali tekanan gandar yang besar. Lokomotif ini pun langsung menggunakan livery khas DKA, PNKA, dan PJKA, yaitu kuning-hijau dengan logo roda terbang yang sudah berlaku sejak 1953 hingga 1988.
Kehadiran CC 200 yang menandai modernisasi perkeretaapian Indonesia mendapat perhatian dari dalam atau luar negeri dan dibahas rinci oleh majalah-majalah profesional, misalnya dibahas dalam majalah kereta api Inggris "Diesel Railway Traction" dan majalah persatuan insinyur Indonesia yang kala itu masih berbahasa Belanda "De Ingenieurs in Indonesie".
Sepanjang kariernya dari tahun 1950-an sampai 80-an, CC 200 menarik semua kereta, baik itu penumpang maupun barang. Kariernya pun makin lama makin tergeser oleh lokomotif yang lebih baru, seperti CC 201 yang lebih ringan dan bertenaga. Mulai tahun 90-an, CC 200 dicat menjadi merah-biru dengan garis putih seiring bergantinya nama dan bentuk perusahaan, dari PJKA menjadi Perumka. CC 200 pun diturunkan pangkatnya menjadi penarik KA jarak dekat/KA lokal mengingat usianya yang makin tua dan hanya tersisa sedikit, dan banyak di antara mereka yang sudah mulai mangkrak. CC 200 akhirnya banyak yang tidak beroperasi pada tahun 2000-an awal.
Preservasi CC 200
Pada tahun 2000-an, lokomotif CC 200 yang ada banyak yang dalam kondisi buruk. Saat itu, di Cirebon terdapat 3 lokomotif, yakni CC 200 08, CC 200 09, dan CC 200 15. Lokomotif yang bisa dioperasikan hanyalah CC 200 08 dan CC 200 15. Pada akhirnya, salah satu komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS) bekerja sama dengan PT Kereta Api (Persero) memutuskan bahwa CC 200 15 yang akan dipreservasi, karena kondisinya yang lebih baik dibanding kedua lokomotif lainnya. CC 200 15 dipreservasi dengan "mengkanibal" komponen dari CC 200 08 dan CC 200 09. Preservasi dilakukan oleh IRPS, dengan bantuan dari PT Kereta Api. Pada tahun 2003, diadakan open house di Stasiun Cirebon, tempat ketiga lokomotif CC 200 dipamerkan. Pada masa itu, CC 200 15 yang telah dicat kuning-hijau (sudah dikembalikan ke livery semula) sudah dalam kondisi baik, sedangkan CC 200 08 dan 09 yang berwarna merah-biru telah dengan kondisi rusak dan tidak bisa digunakan, mengingat komponennya telah dikanibal untuk CC 200 15. CC200 08 dan 09 masih disimpan di Dipo Cirebon pada akhirnya.Akhirnya, pada tahun 2007, CC 200 08 dan CC 200 09 dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta, kemudian disimpan atau "dimakamkan" dengan status benda cagar budaya. Sementara CC 200 15 tetap di Dipo Lokomotif Cirebon dan dioperasikan sebagai penarik KA wisata. Hingga 2015, hanya tersisa CC 200 15 di Cirebon, lokomotif lainnya entah ke mana, diafkirkan, atau "dimakamkan" di Balai Yasa Yogyakarta.
Karena kesulitan suku cadang, CC 200 15 tidak bisa beroperasi, lokomotif tersebut disimpan di Dipo Cirebon, dan saat akan dipamerkan pada suatu event, maka lokomotif ini perlu ditarik oleh lokomotif lain. Karena kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk dioperasikan, lokomotif ini akhirnya dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.[6] Karena ini merupakan lokomotif diesel, maka lokomotif ini akan dialokasikan di Stasiun Tuntang, yang akan dijadikan tempat berbasisnya lokomotif diesel, karena museum kereta api Ambarawa adalah tempat untuk lokomotif uap saja.
Lokomotif CC203
Lokomotif CC 203 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh General Electric Transportation dan PT GE Lokomotif Indonesia dengan nomor model U20C. Menurut Ir. Hartono, A.S., M.M., dosen STTD Bekasi, dalam komentarnya di Majalah KA edisi Mei 2014, lokomotif ini adalah "lokomotif hasil pengembangan desain dari lokomotif CC 201" dari segi data teknis, namun pada bentuk kabin masinis ujung pendeknya yang aerodinamis, serta diperlebar untuk kenyamanan dan mengurangi penumpang liar.[1]
Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya adalah lokomotif dengan dua bogie yang mempunyai tiga poros/gandar penggerak yang masing-masing digerakkan oleh motor traksi tersendiri.
Yang membedakan adalah lokomotif CC 203 menggunakan motor diesel dengan dua tingkat Turbocharger sehingga dayanya mesinnya 2.150 hp.
Daftar isi
Sejarah operasional CC 203[1]
Untuk menyambut peluncuran KA kelas Argo yang masih baru pada tahun 1995, Perumka (nama PT KAI saat itu) mendatangkan lokomotif ini, sebagai penerus dari CC 201 dan dikhususkan sebagai penarik kereta ekspres, langsung dari Amerika Serikat sebanyak 12 unit. Pada awal operasi tahun 1995, lokomotif CC 203 menjadi andalan untuk menarik KA penumpang kelas eksekutif full di Jawa.Launching (peluncuran) perdana lokomotif CC 203 saat itu bersamaan dengan peresmian kereta api Argo Bromo dan Argo Gede di Stasiun Gambir, Jakarta. Jarang sekali CC 203 berdinas menarik KA ekonomi apalagi KA barang. Karena itu, alokasi persebaran lokomotif CC 203 hanya di depot lokomotif yang melayani KA-KA komersial/eksekutif argo/satwa. Depot lokomotif yang mendapat alokasi CC 203 yaitu Jatinegara, Bandung, Cirebon, Semarang Poncol, Yogyakarta, dan Sidotopo. Depot lokomotif Purwokerto, Madiun, dan Jember malah tak mendapat alokasi satu pun meskipun jumlah lokomotif CC 203 yang ada di Jawa berjumlah 37 unit. Lokomotif ini juga merupakan lokomotif pertama buatan Indonesia (PT INKA bekerja sama dengan General Electric), karena lokomotif CC 203 13-41 diproduksi di pabrik PT INKA di Madiun.
Berbeda di Jawa, alokasi lokomotif CC 203 juga bisa dijumpai di wilayah operasional Divisi Regional 3 Sumatera Selatan, tepatnya di Subdivre 3.2 Tanjungkarang. Sebanyak 4 unit CC 203 yang beroperasi namun khusus untuk melayani dinasan KA pulp & kayu karena memang sarananya milik PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (PT TEL). Namun saat ini CC 203 di Divre 3 kondisinya telah memprihatinkan dan terancam tidak bisa berdinas lagi (karena pada awal pengoperasiannya loko ini selalu diforsir), bahkan KA pulp PT TEL sekarang lebih sering ditarik lokomotif CC 204 atau CC 202 yang lebih handal untuk angkutan barang.
CC 203 40 (CC 203 02 03) menarik kereta api Pasundan.
Kinerja lokomotif CC 203
Mesin dan desain
CC 203 menggunakan mesin yang sama dengan CC 201, yaitu GE 7FDL-8. Desain kabin yang aerodinamis dibuat di Goninan Locomotive Work (kini UGL Rail) di Australia dengan desain dari General Electric. Sekarang kabin juga dibuat di PT INKA untuk keperluan perbaikan dan restorasi.Pada dasawarsa 2000-an, lokomotif ini sempat dipasangi semacam topi yang kemungkinan merupakan kotak AC, namun akhirnya dihilangkan. Sejumlah foto-foto lawas CC203 semasa menggunakan livery Departemen Perhubungan banyak yang memperlihatkan lokomotif yang masih dipasangi kotak AC tersebut.
Logo dan livery
Selain itu, kecuali CC 203 31 - CC 203 34, dulu terdapat logo Kementerian Perhubungan di bagian depan/shorthood-nya yang merupakan ciri khas yang mencolok pada lokomotif ini sebab pembuatan lokomotif ini selain didanai oleh perusahaan General Electric sendiri juga dibantu dengan dana dari pemerintah melalui Kementerian Perhubungan. Namun sekarang semua unit lokomotif ini menggunakan logo PT KAI terbaru sekaligus skema livery baru, tanpa menggunakan lagi logo tersebut. Untuk CC 203 31 - CC 203 34 menggunakan striping khas PT TEL sebagai pemilik lokomotif tersebut, yaitu hijau.Alokasi CC 203[1]
Indonesia membuat lokomotif ini sejak tahun 1995-2000. Terdiri dari empat generasi, yaitu:- CC 203 generasi I (produksi 1995, nomor 01-12, buatan GE Transportation, Amerika Serikat)
- CC 203 generasi II (produksi 1997-1998, nomor 13-30)
- CC 203 generasi III (produksi 1999-2000, nomor 31-37)
- CC 203 generasi IV (produksi 2000, nomor 38-41)
| Depot Induk | Lokomotif |
|---|---|
| Jatinegara (JNG) | CC 203 12 (CC 203 95 12), CC 203 13 (CC 203 98 01), CC 203 15 (CC 203 98 03), CC 203 16 (CC 203 98 04), CC 203 17 (CC 203 98 05), CC 203 18 (CC 203 98 06), CC 203 19 (CC 203 98 07), CC 203 20 (CC 203 98 08), CC 203 21 (CC 203 98 09), CC 203 22 (CC 203 98 10). |
| Bandung (BD) | CC 203 02 (CC 203 95 02), CC 203 03 (CC 203 95 03), CC 203 04 (CC 203 95 04), CC 203 05 (CC 203 95 05), CC 203 06 (CC 203 95 06), CC 203 07 (CC 203 95 07), CC 203 08 (CC 203 95 08), CC 203 09 (CC 203 95 09), CC 203 10 (CC 203 95 10), CC 203 11 (CC 203 95 11) |
| Cirebon (CN) | CC 203 35 (CC 203 01 05) |
| Semarang Poncol (SMC) | CC 203 28 (CC 203 98 16), CC 203 29 (CC 203 98 17), CC 203 30 (CC 203 98 18), CC 203 41 (CC 203 02 04) |
| Yogyakarta (YK) | CC 203 01 (CC 203 95 01) |
| Sidotopo (SDT) | CC 203 14 (CC 203 98 02), CC 203 23 (CC 203 98 11), CC 203 24 (CC 203 98 12), CC 203 25 (CC 203 98 13), CC 203 26 (CC 203 98 14), CC 203 27 (CC 203 98 15), CC 203 36 (CC 203 01 06), CC 203 37 (CC 203 01 07), CC 203 38 (CC 203 02 01), CC 203 39 (CC 203 02 02), CC 203 40 (CC 203 02 03). |
| Tanjung Karang (TNK), Lampung | CC 203 31 (CC 203 01 01), CC 203 32 (CC 203 01 02), CC 203 33R (CC 203 01 03), CC 203 34 (CC 203 01 04) |
- Semua nomor baru lokomotif berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. KM 45 tahun 2010.
- Lokomotif CC 203 dipasangi terali besi berbentuk kotak-kotak pada bagian kaca depan dan samping kabin masinisnya. Namun sejak tahun 2014, satu persatu lokomotif CC 203 kembali melepas terali besi karena bahan kaca ruang masinis diganti menjadi bahan polikarbonat yang tahan benturan, mengikuti beberapa lokomotif CC 201 yang juga sudah dipasangi kaca polikarbonat. Lokomotif pertama yang memakai kaca polikarbonat adalah CC 203 23 (CC203 98 11).
Unit lokomotif yang unik
Lokomotif CC 203 40.
- CC 203 40
- Lokomotif CC 203 40 sebelumnya sama seperti lokomotif CC 203 yang lainnya, loko ini mengalami kecelakaan saat menarik KA Argo Bromo Anggrek di Pemalang 2 Oktober 2010 silam. Anehnya, setelah menabrak dan menyebabkan satu unit kereta kelas bisnis KA Senja Utama Semarang hancur, lokomotif ini hanya mengalami kerusakan ringan, lampu-lampunya pecah dan catnya mengelupas. Setelah diperbaiki di Balai Yasa Yogyakarta, lokomotif ini mengalami perubahan pada bempernya, yaitu pada bagian bawahnya sedikit menyembul ke depan berbentuk segitiga. Lokomotif ini dapat dijumpai di Depot Lokomotif Sidotopo Surabaya atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Surabaya, seperti KA Rapih Dhoho, KA Penataran, KA Bima, KA Argo Bromo Anggrek, dan KA lainnya.
- CC 203 06 dan CC 203 11
- Jika kabin masinis kedua lokomotif ini diamati di bagian depan, bagian tengah kabin sedikit tertekuk ke luar (ke depan), sehingga kedua lokomotif ini seolah-olah mempunyai ekspresi wajah sedih atau murung, karena jendela kabin dan bagian lainnya menyerupai wajah seseorang yang sedih/murung. Pada awalnya hanya CC 203 06 yang mempunyai karakteristik wajah (kabin masinis) seperti ini, sedangkan CC 203 11 masih mempunyai wajah (kabin masinis) yang normal. Namun setelah mengalami kecelakaan kereta api di Langen 28 Januari 2011 silam, kabin masinis lokomotif CC 203 11 rusak parah dan diperbaiki di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta. Setelah selesai perbaikan di sana, barulah CC 203 11 mempunyai bentuk kabin masinis yang mempunyai kesan wajah sedih atau murung ini. Kedua lokomotif ini dapat dijumpai di Depot Lokomotif Bandung atau sedang menarik rangkaian kereta api yang memiliki tujuan dari atau ke Kota Bandung.
- CC 203 01, CC 203 02, CC 203 05, CC 203 07, CC 203 09, CC 203 13, CC 203 14, CC 203 15, & CC 203 19
- Jika diamati sekilas, lok-lok CC 203 ini tidak nampak perbedaannya. Namun setelah didekati, ukuran pintu di bawah kaca kabin masinis itu berbeda. Sebelah kiri memiliki ukuran yang lebih besar daripada yang kanan.
- CC 203 31, CC 203 32, CC 203 33R, & CC 203 34
Lokomotif CC 203 34 dan CC203 31 menarik Kereta api pulp TEL.
- Keempat lokomotif CC203 yang dialokasikan untuk depot lokomotif Tanjung Karang ini memiliki livery yang berwarna hijau dengan motif khas dari PT Tanjung Enim Lestari selaku pemilik keempatnya, sehingga sangat mencolok perbedaannya jika dibandingkan seluruh lokomotif CC 203 berwarna putih yang berada di Jawa. Khusus untuk CC203 33R merupakan satu-satunya lokomotif CC 203 yang menyandang kode R dikarenakan kereta api pulp terguling pada tahun 2007 yang mengharuskan lokomotif ini diperbaiki di Balai Yasa Lahat.[2]
Insiden
- Pada 24 Januari 2010, tiga lokomotif CC 203 menjadi korban keberingasan ribuan suporter sepak bola asal Kota Surabaya, Bonek yang mendukung Persebaya Surabaya. Menjelang siang, para suporter Bonek menjarah makanan di sepanjang ruas jalan rel Solo-Klaten lantaran kelaparan dan tidak membawa bekal. Menurut Warga Solo, sebagian anggota Bonek yang hendak menonton pertandingan bola di stadion Jalak Harupat sempat melempari batu terhadap rumah warga di sepanjang ruas jalan rel di Kota Solo. Puncaknya adalah kereta luar biasa (KLB) dengan stamformasi delapan gerbong K3, dua gerbong bagasi (B), dan ditarik oleh lokomotif CC 203 40 diserang warga Solo dengan lemparan batu di sepanjang jalan rel, maupun di dekat Stasiun Purwosari dan Solo Jebres. Polda Jateng kewalahan, seluruh kaca jendela kereta pecah berantakan. Ada tiga lokomotif CC 203 yang rusak parah, yakni CC 203 40, CC 203 02, dan CC 203 24. CC 203 02 menarik kereta api Pasundan yang terpaksa tak melayani penumpang reguler, sedangkan CC 203 24 yang seharusnya untuk menarik kereta api Argo Dwipangga ditugasi untuk membawa rombongan Bonek pulang ke daerah asalnya.[1]
- Pada hari Minggu tanggal 28 April 2013 Lokomotif CC 203 28 (CC 203 98 16) berjalan sendiri tanpa masinis dari Depot Lokomotif Semarang Poncol menuju Desa Nolokerto, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Belum diketahui penyebab jalannya sendiri lokomotif tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini
Lokomotif CC 201
Lokomotif CC 201 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh General Electric Transportation dengan jenis model U18C. Lokomotif CC 201 mempunyai konstruksi yang ramping dengan berat 84 ton dan daya mesin 1950 hp. Lokomotif ini bergandar Co'Co'. Artinya lokomotif memiliki 2 bogie masing-masing 3 gandar dengan total 6 motor traksi, sehingga lokomotif ini dapat dioperasikan pada lintas datar maupun pegunungan. Lokomotif ini sama seperti lokomotif GE lainnya, mampu berlari sampai kecepatan 120 km/jam, meskipun kecepatan kereta api saat ini dibatasi maksimal 90 km/jam.
Sepanjang kariernya, lokomotif ini telah berpengalaman menarik berbagai jenis KA, mulai dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, campuran, sampai kereta barang/kargo. Namun, saat ini CC 201 lebih banyak dioperasikan untuk KA kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal.
CC 201 juga merupakan salah satu lokomotif GE Transportation yang paling sukses di Indonesia, mengingat ketersediaan suku cadang yang cukup dan mesin yang mirip dengan CC 203, CC 204, dan CC 206 (semua bermesin GE 7FDL-8). Posisi lokomotif diesel hidraulik (DH) di Sumatera dan Jawa pun juga banyak terganti oleh lokomotif ini, khususnya sejak CC206 mulai beroperasi.
Daftar isi
Penggunaan di Indonesia
Lokomotif CC 201 terdiri dari 4 generasi, yaitu:
- CC 201 generasi I
- CC 201 generasi II
- CC 201 generasi III
- CC 201 rehab (eks-BB 203)
CC 201 generasi I
Lokomotif CC 201 05 (CC 201 77 04) dengan livery Perumka di stasiun Kutoarjo bersama kereta api Badrasurya.
Ciri-ciri CC 201 generasi I ini yaitu pada bagian jaring radiatornya berukuran besar. Selain itu, pada mulanya semua lokomotif generasi ini tidak mempunyai lampu kabut di atas bemper seperti CC 203/CC 204. Namun sejak lokomotif ini mengalami PA (Pemeliharaan Akhir) pada tahun 2010-2011, semua unit CC 201 generasi I telah dipasangi lampu kabut.
Tujuh unit CC 201 generasi I telah dimodifikasi menjadi CC 204 pada tahun 2003 dan 2005, yaitu CC 201 03 (CC 204 01), CC 201 11 (CC 204 02), CC 201 16 (CC 204 03), CC 201 37 (CC 204 04), CC 201 32 (CC 204 05), CC 201 06 (CC 204 06), dan CC 201 12 (CC 204 07).
CC 201 generasi II
CC 201 47 ketika berwajah Donald Bebek (2005).
Dahulu di antara loko-loko generasi II ini ada lokomotif yang cukup unik, salah satunya CC 201 56 milik Dipo Induk PWT. Keunikannya: pada bagian depannya (short hood) memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan CC 201 lainnya. Kotak pasirnya lebih pendek dari yang biasanya dan kaca depannya memanjang ke bawah. Bagian dalamnya juga unik karena hanya terdapat satu meja layanan sehingga kabin masinis pun menjadi lebih luas. Hal yang melatarbelakangi perbedaan tampilan dari loko ini karena dahulu CC 201 56 pernah menabrak stoomwalls sehingga mengakibatkan loko ini ringsek parah dan sulit mengembalikannya seperti bentuk semula. Untuk memperbaikinya, Balai Yasa Pengok menyiasatinya dengan cara melepas satu meja layanan, memendekkan kotak pasir, dan memenjangkan 2 kaca kebawah. Karena bentuknya yang aneh ini, para railfans sering menyebutnya “Loko Donald Bebek (Ducky Locomotive)”. Sebelumnya CC 201 47 milik Dipo Sidotopo (dulu Dipo Yogyakarta), CC 201 76R milik Dipo Medan (dulu Dipo Jatinegara), CC 201 19 milik Dipo Sidotopo & CC 201 06 (sekarang CC 204 06) milik Dipo Yogyakarta juga mempunyai bentuk yang sama seperti CC 201 56, namun sekarang bentuk keempat lokomotif tersebut sudah kembali normal seperti layaknya CC 201 lainnya setelah menjalani PA di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.
CC 201 48 (CC 201 83 10) yang sebelumnya milik Dipo Lokomotif Yogyakarta kini telah dimutasi ke Kertapati (KPT), Sumatera Selatan, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana.
CC 201 45 yang misterius
CC 201 45 menarik gerbong ketel melewati Stasiun Tugu. Juli 2005
Lokomotif CC 201 45 terkenal karena sering terjadi peristiwa aneh dengan lokomotif tersebut. Sejak didatangkan, CC 201 45 sudah sering dicap sebagai loko yang bermasalah. Walaupun hasil tes menunjukkan tidak ada problem pada CC 201 45, namun sering terjadi kecelakaan atau kerusakan saat dioperasikan tanpa penjelasan yang jelas. CC 201 45 semula ditugaskan untuk menarik rangkaian ke arah timur. Pernah suatu ketika saat lokomotif itu berdinas menarik KA Bima dan KA tersebut mengalami tabrakan. Setelah diperbaiki, lokomotif ini berdinas KA Bima dan mengalami tabrakan lagi. Ia harus masuk kembali ke Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, dan setelah selesai perbaikan, jabatannya diturunkan untuk menarik rangkaian kelas bisnis saja yaitu Jayabaya. Tetapi CC 201 45 sekali lagi mengalami tabrakan. Frekuensi tabrakan sesama kereta atau dengan kendaraan bermotor yang dialami CC 201 45 cukup sering, di samping kejadian aneh yang dialami para teknisi yang memperbaiki lok ini pasca tabrakan.
Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 45 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya beres, loko diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 45 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.
Lokomotif CC 201 77 01R yang habis PA berdinas KA Sri Tanjung
Anehnya setelah ritual ini CC 201 45 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial loko ini. Sekarang CC 201 45 ditempatkan di Dipo Lokomotif Yogyakarta, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai loko dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depannya di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, namun sudah dihilangkan.[1] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dihilangkan.
CC 201 generasi III
CC 201 generasi III (berbentuk kaca bulat, jaring radiator kecil, dan sudah memiliki lampu kabut di atas bemper).
Ciri-ciri CC 201 generasi ini, yaitu terdapat lampu kabut di bawah kotak pasir di atas bemper seperti halnya lokomotif CC 203/CC 204. Selain itu, bentuk sudut-sudut kaca lokomotif ini agak bulat, berbeda dengan CC 201 generasi sebelumnya yang kaca depannya berbentuk kotak. Hal inilah yang membuat CC 201 generasi ini terlihat sangat berbeda dengan jenis yang sebelumnya sehingga mudah untuk dikenali. Sementara untuk komponen mesin, performa, maupun kecepatannya, sama dengan CC 201 lainnya. Namun, sejak mengalami pemeliharaan akhir maupun peristiwa luar biasa hebat, beberapa lokomotif CC 201 generasi ketiga ini kaca depannya sudah berbentuk agak kotak, seperti CC 201 95, CC 201 97, CC 201 99, CC 201 102, dan beberapa lok lainnya.
Ada salah satu kelas lokomotif CC 201 generasi ketiga, yakni lokomotif CC 201 91 yang dikenal sering mengalami perpindahan mutasi. CC201 91 kini dalam kepemilikan Dipo Lokomotif Jember dan merupakan lokomotif CC201 pertama yang dimiliki oleh Daerah Operasi IX Jember. Sejarahnya, loko ini hanya tiga kali mengalami perpindahan pemilikan. Kali pertama datang langsung menjadi milik Dipo Bandung (BD), lalu dikirim ke Dipo Sidotopo (SDT), dan terakhir dipindah ke Jember.[2]
CC 201 96 (CC 201 92 06) yang sebelumnya milik Dipo Lokomotif BD kini telah dimutasi ke Medan (MDN), Sumatera Utara, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana.
CC 201 Rehab (Eks BB 203)
Lokomotif CC 201 74R di Stasiun Madiun
CC 201 134R yang berdinas menarik kereta api Sri Tanjung bersiap diberangkatkan dari Stasiun Pasuruan
Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC 201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC 201 bergandar Co’Co’, yakni setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak, lokomotif BB 203 bergandar (A1A)(A1A), di mana setiap bogie-nya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC 201 memiliki enam motor traksi, lokomotif BB 203 hanya memiliki empat motor traksi dan hanya berdaya 1.500 hp, lebih rendah daripada CC 201 asli (1.950 hp).
Dahulu, di Dipo Induk SMC, semua lokomotif CC 201-nya adalah hasil rehab dari BB 203. Begitu juga dengan CC 201 yang ada di Sumatera. Di Dipo Induk KPT dan TNK, semua lokomotif CC 201-nya juga merupakan hasil rehab dari BB 203, kecuali CC 201 48 dan CC 201 98 (afkir) yang merupakan CC 201 asli pindahan dari Jawa.
Untuk ciri-cirinya, lokomotif ini hampir sama dengan CC 201 generasi II, meskipun beberapa (misal, CC 201 134R) seperti CC 201 generasi I. Yang membedakannya, yaitu pada nomor serinya ditambahkan kode “R” di belakang nomor seri tersebut. Misalnya, CC 201 77R, kode “R” di sini menandakan bahwa lokomotif tersebut merupakan lokomotif hasil rehab dari BB 203.
Pengecualian untuk CC201 berkode “R” pada seri di bawah 70. CC 201 di bawah 70 yang memakai kode “R” (misal: CC 201 01R, 14R, 18R, dan 26R) merupakan lokomotif asli CC 201. Kode “R” tersebut bukan berarti lokomotif itu adalah hasil rehab dari BB 203. Hal itu menandakan bahwa lokomotif tersebut telah dilakukan overhaul dan telah diperbaiki segala komponennya agar lokomotif tersebut dapat ditingkatkan kecepatannya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian.
CC 201 dengan kabin modifikasi
Lokomotif CC 201 129R (CC 201 83 48) menarik rangkaian KA Penataran
CC 206 13 14 menggandeng CC 201 83 49
Lokomotif-lokomotif tersebut dimodifikasi karena telah mengalami peristiwa luar biasa hebat sehingga kabin aslinya, ringsek berat; dan alasan lain yang ikut menyertai modifikasi ini adalah: PT KAI Divre III Sumsel tidak mempunyai unit CC203; maka Balai Yasa Lahat mengubah kabin dari aslinya secara bertahap dari 1994-2001. Modifikasi hidung miring yang terilhami dari CC 203, juga bertujuan mengurangi hambatan angin untuk meningkatkan kecepatan. Namun tujuan peningkatan ini terasa percuma karena kecepatan kereta api Babaranjang (batu bara rangkaian panjang) saat ini dibatasi maksimal 80 km/jam.
Modifikasi ini pun dirasakan sedikit menyulitkan masinis. Karena kabin yang sempit dan kaca depan terlalu tinggi, masinis terpaksa mendongak atau mengganjal tempat duduknya ketika sedang menjalankan lokomotif. CC 201 hidung miring di dipo lokomotif Tanjung Karang seluruhnya dipergunakan untuk lokomotif bantuan KA Babaranjang dari Sukamenanti ke Tanjungkarang dan lok posko,dan jarang menarik kereta penumpang. Sedangkan lokomotif CC 201 hidung miring di Dipo Induk Lokomotif Kertapati seluruhnya dioperasikan untuk kereta penumpang dan barang, seperti Sriwijaya, Sindang Marga, Serelo, Rajabasa, KA BBM, KA Batubara Kertapati, KA Klinker, dan KA Batubara Ninja.
Ada enam unit CC 201 yang memiliki eksterior seperti CC 203, yaitu CC 201 86R, 111R, 120R, 129R, 130R, dan 137R. Dua unit CC 201 dengan kabin modifikasi yang sebelumnya milik TNK (CC 201 129R dan 130R) telah dimutasi ke pulau Jawa dan menjadi milik Dipo Induk Sidotopo, Surabaya. Dibandingkan CC 201 hidung miring lainnya, CC201 129R dan 130R yang telah memakai logo dan striping PT KAI terbaru lebih mirip dengan CC 203, bahkan hampir sulit membedakannya kecuali dari bunyi klaksonnya.
Alokasi CC 201
Di Indonesia, saat ini ada 131 lokomotif CC 201 yang masih beroperasi dari 144 pada awalnya. 6 unit rusak dan 7 unit dijadikan CC 204. Terdiri dari:92 lokomotif CC 201 asli
- 28 lokomotif kedatangan tahun 1977
- 10 lokomotif kedatangan tahun 1978
- 34 lokomotif kedatangan tahun 1983
- 20 lokomotif kedatangan tahun 1992
- 18 lokomotif modifikasi tahun 1989
- 2 lokomotif modifikasi tahun 1993
- 2 lokomotif modifikasi tahun 1999
- 7 lokomotif modifikasi tahun 2004
Lokomotif CC 206 adalah lokomotif diesel elektrik terbaru milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) buatan General Electric Transportation, Amerika Serikat. Lokomotif ini memiliki 2 bogie dengan konfigurasi C-C (Co'Co'), yaitu 3 buah roda penggerak di setiap bogie-nya. Perbedaan dengan lokomotif diesel elektrik GE lainnya dengan jenis yang sama adalah lokomotif ini memiliki 2 kabin masinis di ujung muka dan belakang seperti halnya lokomotif di Eropa pada umumnya. Lokomotif CC 206 diperuntukkan untuk angkutan barang dan penumpang di Pulau Jawa dan akan didatangkan juga ke Sumatera Selatan pada tahun 2016. Lokomotif CC 206 lebih canggih dibandingkan lokomotif GE sebelumnya, dengan tenaga lebih besar dan tingkat emisi gas buang lebih rendah. Mengingat berat lokomotif ini 90 ton dengan beban gandar sebesar 15 ton, maka jalur rel di Jawa juga disesuaikan untuk mengakomodir lokomotif ini.
Daftar isi
Sejarah kedatangan CC 206
Awal mula lokomotif berkabin ganda dapat dilacak dari keberadaan lokomotif-lokomotif yang sudah berumur seperti CC 200, BB 301, BB 304, dan BB 305 CFD. Namun, semua lokomotif itu sudah berumur lebih dari 30-40 tahun dan banyak dilakukan pengafkiran/perucatan terhadap lokomotif itu (apalagi CC 200 sudah berumur di atas 60 tahun dan seluruh BB 305 telah dirucat). Lokomotif berkabin ganda tersebut didesain agar tidak perlu diputar di pemutar rel (turntable) sebelum beroperasi menarik rangkaian kereta.Pada dekade 2000-2010-an, ide muncul dalam diri perusahaan PT KAI, bagaimana jika PT KAI memiliki lokomotif yang kuat, berkabin ganda, dan dilengkapi teknologi komputer semacam GE BrightStar™ Sirius yang sebelumnya ada pada lokomotif CC 204, juga memiliki layar display canggih karena meskipun telah terkomputerisasi, CC 204 belum memiliki layar display seperti CC 206. Selain itu, dengan berkabin ganda, lokomotif itu tidak perlu lagi diputar di atas pemutar rel.
Pengadaan CC 204 selama beberapa tahun terakhir juga kurang efisien, karena per tahunnya hanya sedikit lokomotif diproduksi tetapi kebutuhan lokomotif cukup banyak. Akhirnya, ide pemesanan lokomotif CC 206 ke General Electric muncul pada tahun 2010 untuk menambah jajaran armada PT KAI dan akan digunakan untuk angkutan barang di Pulau Jawa. Juga pemesanan lokomotif kali ini tidak sedikit-sedikit seperti CC 204, melainkan dengan jumlah banyak, menjadi rekor pemesanan lokomotif terbanyak PT KAI karena pengadaan lokomotif kali ini mendatangkan 100 unit dalam 1 tahun saja meskipun datang dalam beberapa generasi, tidak seperti CC 204 yang butuh waktu lebih dari 5 tahun sampai ke-37 unit lokomotif tersebut selesai diproduksi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tahun 2012 dipesanlah lokomotif CC 206 (CM20EMP) sebanyak 100 unit sekaligus ke General Electric Transportation tanpa bogie. Bogie dirakit oleh PT Barata Indonesia (Persero). Sesudah sampai di pelabuhan Tanjung Priok, loko-loko itu akan dibawa ke Balai Yasa Yogyakarta untuk pasang bogie sebelum kemudian beroperasi mulai tahun 2013. Mulai tahun 2015, lokomotif CC 206 akan didatangkan lagi dengan jumlah 50 unit [1] dengan rincian 30 unit turun di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2015 dan 20 unit turun di Pelabuhan Panjang pada tahun 2016.
Saat ini seluruh lokomotif CC206 telah berada di Indonesia dan digunakan untuk semua operasional kereta api barang dan penumpang ekspres di Indonesia. Dengan tibanya lokomotif CC 206 generasi kedua, maka akan ada 150 unit CC 206, yang jumlahnya melebihi CC201 (144 unit, 131 beroperasi, 7 dijadikan CC204, 6 rusak).
Desain, mesin, spesifikasi, perangkat elektronik, dan kelebihan
Desain bentuk lokomotif
CC 206 dibuat saat PT KAI membutuhkan lokomotif double cabin, maka GE membuat lokomotif double cabin ini dengan desain yang mirip beberapa lokomotif GE baik itu di Indonesia maupun bukan. Desain kepala dan body CC 206 sangat mirip dengan salah satu lokomotif GE yaitu British Rail Class 70 seri GE PowerHaul yang beroperasi di Britania Raya, tetapi CC 206 menggunakan 2 kaca depan, yang mengikuti lokomotif CC 203. Sedangkan lampu lokomotifnya masih mengikuti desain lok GE sebelumnya yang beroperasi di Indonesia. Bentuk pintu masuk kabinnya mirip dengan yang ada di CC 203.Mesin, spesifikasi lokomotif, dan perangkat elektronik
Mesin lokomotif CC 206 adalah GE 7FDL-8 versi terbaru yang emisinya setingkat dengan emisi lokomotif Dash-9 di Amerika Serikat, dengan daya mesin sebesar 2250 hp, setara dengan tenaga keluaran lokomotif CC 202, dan 100 daya kuda lebih tinggi dari tenaga keluaran lokomotif CC 203 (2150 hp). Sedangkan untuk perangkat elektroniknya menggunakan komputer GE BrightStar™ Sirius yang dipadukan dengan layar monitor GE Integrated Function Display™ (GE IFD) seperti yang ada di lokomotif Dash-9. Ini menjadikan CC 206 merupakan lokomotif dengan layar monitor komputer kendali kedua di Indonesia setelah CC 205, dan lokomotif GE pertama di Indonesia dengan teknologi layar display tersebut. Lokomotif ini juga menggunakan klakson yang berbeda dari lokomotif sebelumnya, yang membuat lokomotif ini dijuluki "Si Puong". Daya angkut lokomotif ini bisa mencapai 30 gerbong barang, dan 16 gerbong penumpang untuk satu lokomotif penarik.[2]Alokasi CC 206
Lokomotif CC 206 generasi pertama ditempatkan di hampir seluruh dipo induk lokomotif yang ada di Pulau Jawa untuk angkutan barang maupun penumpang. Di Jawa, hanya Dipo Induk Madiun dan Dipo Induk Jember yang tidak memiliki lokomotif CC206.CC 206 mulai ditugaskan membawa KA penumpang terutama KA penumpang dengan rangkaian panjang dan KA penumpang yang di perjalanan harus memutar lokomotif untuk berbalik arah sejak dimutasinya lokomotif CC 204 generasi kedua ke Pulau Sumatera.
Sebelumnya, CC 206 hanya berdinas sebagai lokomotif penarik KA barang saja. Saat ini lokomotif CC 206 dialokasikan untuk menarik semua jenis kereta, baik kelas eksekutif, bisnis, ekonomi jarak jauh bahkan lokal, maupun kereta barang, meskipun prioritas utama adalah menarik kereta barang, khususnya kereta rangkaian panjang dan kereta kelas eksekutif.
Kini, mayoritas lokomotif CC 206 di Pulau Jawa berada di Dipo Lokomotif Sidotopo, Surabaya. Terdapat 36 lokomotif CC 206 di sana. CC 206 sebagian besar berada di Sidotopo karena depot ini memiliki banyak lok CC 201 generasi pertama yang (mungkin saja) akan pensiun, maka CC 206 didatangkan untuk menggantikannya.
Khusus untuk CC206 generasi II, mulai dari nomor CC206 15 01 sampai 11 dialokasikan di Jawa, sementara mulai dari nomor CC206 15 12 sampai 39, akan dialokasikan di Dipo Kertapati, Palembang, yang berada di wilayah Divre III Palembang, meskipun beberapa lokomotif yang telah tiba diuji terlebih dahulu di Jawa. Pengiriman lokomotif dari Jawa ke Lampung dimulai bulan Januari 2016, dengan 5 unit setiap pengiriman. Nomor CC206 16 01 sampai 11 yang kini sudah tiba di Indonesia juga dialokasikan di Dipo Kertapati, Palembang. Di Sumatera Selatan, lokomotif CC206 difokuskan untuk menarik kereta api barang, khususnya batu bara.
Berikut adalah daftar terbaru (sementara) mengenai alokasi lokomotif CC 206.
| Depot induk | Lokomotif |
|---|---|
| Jatinegara (JNG) = 22 unit | CC 206 13 60, CC 206 13 64, CC 206 13 70, CC 206 13 71, CC 206 13 72, CC 206 13 73, CC 206 13 74, CC 206 13 75, CC 206 13 76, CC 206 13 77, CC 206 13 78, CC 206 13 79, CC 206 13 81, CC 206 13 86, CC 206 13 87, CC 206 13 88, CC 206 13 89, CC 206 15 01, CC 206 15 02, CC 206 15 03, CC 206 15 04, CC 206 15 05 |
| Bandung (BD) = 13 unit | CC 206 13 02, CC 206 13 20, CC 206 13 21, CC 206 13 54, CC 206 13 55, CC 206 13 80, CC 206 13 82, CC 206 13 90, CC 206 13 94, CC 206 13 95, CC 206 13 96, CC 206 13 97, CC 206 13 98 |
| Cirebon (CN) = 8 unit | CC 206 13 03, CC 206 13 05, CC 206 13 33, CC 206 13 34, CC 206 13 56, CC 206 13 59, CC 206 13 68, CC 206 13 93 |
| Semarang Poncol (SMC) = 3 unit | CC 206 13 07, CC 206 13 65, CC 206 13 66 |
| Purwokerto (PWT) = 13 unit | CC 206 13 22, CC 206 13 23, CC 206 13 28, CC 206 13 43, CC 206 13 44, CC 206 13 57, CC 206 13 58, CC 206 13 61, CC 206 13 83, CC 206 13 91, CC 206 15 06, CC 206 15 07, CC 206 15 08 |
| Yogyakarta (YK) = 16 unit | CC 206 13 01, CC 206 13 04, CC 206 13 06, CC 206 13 26, CC 206 13 27, CC 206 13 30, CC 206 13 31, CC 206 13 62, CC 206 13 63, CC 206 13 67, CC 206 13 69, CC 206 13 84, CC 206 13 85, CC 206 13 92, CC 206 13 99, CC 206 13 100 |
| Sidotopo (SDT) = 36 unit | CC 206 13 08, CC 206 13 09, CC 206 13 10, CC 206 13 11, CC 206 13 12, CC 206 13 13, CC 206 13 14, CC 206 13 15, CC 206 13 16, CC 206 13 17, CC 206 13 18, CC 206 13 19, CC 206 13 24, CC 206 13 25, CC 206 13 29, CC 206 13 32, CC 206 13 35, CC 206 13 36, CC 206 13 37, CC 206 13 38, CC 206 13 39, CC 206 13 40, CC 206 13 41, CC 206 13 42, CC 206 13 45, CC 206 13 46, CC 206 13 47, CC 206 13 48, CC 206 13 49, CC 206 13 50, CC 206 13 51, CC 206 13 52, CC 206 13 53, CC 206 15 09, CC 206 15 10, CC 206 15 11 |
| Kertapati (KPT) = 39 unit | CC 206 15 12 s.d. CC 206 15 39 CC 206 16 01 s.d. CC 206 16 11 |
- Seluruh lokomotif CC 206 saat ini sudah menggunakan logo PT KAI dan livery terbaru.
- Seluruh lokomotif CC 206 menggunakan nomor sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 tahun 2010.
- Seluruh lokomotif CC 206 dipasangi teralis besi berbentuk kotak-kotak pada kaca depan dan samping kabin masinisnya, dan mungkin akan dilepas saat masuk Perawatan Akhir di Balai Yasa Yogyakarta nanti.
- Tulisan "Dipo Induk" pada lokomotif CC206 terletak di bawah logo PT KAI, kecuali CC 206 13 51, dengan berbagai font tiap depot induknya.
- Seluruh lokomotif CC206 menggunakan bemper berwarna merah. Pada awal dinasnya bemper lokomotif CC206 berwarna hitam.
- Plat nomor lokomotif CC206 generasi I menggunakan font Arial bold dan ditulis sebagai CC 206 13 xx dengan xx mulai dari 01 hingga 100. Sementara untuk CC206 generasi IIA dan IIB menggunakan font Arial regular dan ditulis sebagai "CC206 15 xx" dengan xx mulai dari 01 hingga 39 dan CC 206 16 xx dengan xx mulai dari 01 hingga 11.
- Lokomotif CC 206 13 55 dan 69 merupakan lokomotif yang akhirnya berhasil menjalani perbaikan besar-besaran di Balai Yasa Yogyakarta dengan mengganti hampir semua komponennya dengan yang baru.[3]
Insiden
- Pada tanggal 12 September 2013, terjadi kebakaran di permukiman penduduk, di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Akibatnya, lokomotif CC 206 13 16 ikut terbakar. Dikisahkan, api berasal dari belakang rumah warga yang sedang memasak lalu ditinggal. Kemudian api berkobar menjilat sepeda motor Honda Supra yang terparkir 2 meter dari kompor. Api melahap seluruh dapur. Karena letak dapur berada 2 meter dari rel KA menuju Depo Pertamina, api pun ikut membakar lokomotif CC 206 13 16 yang langsir kereta api angkutan BBM Pertamina. Akibatnya, lokomotif hangus terbakar.[4] Seluruh korban mengalami luka di kaki dan muka.[5]
- Pada tanggal 4 April 2014, pukul 18.30 WIB, kereta api Malabar anjlok di km 224, Kampung Terung, RT 005 RW 009, Desa Mekarsari, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, yang disebabkan karena rel KA tergerus longsor. Akibatnya, dua gerbong eksekutif, K1 0 67 27 dan K1 0 67 22 beserta lokomotif CC 206 13 55 terperosok lalu keluar rel. Akibat beratnya medan, evakuasi lokomotif CC 206 13 55 terhambat.[6]
- Pada tanggal 4 Mei 2014, lokomotif CC 206 13 69 beserta gerbong pembangkit (P 0 08 01) yang menarik kereta api Bogowonto terguling setelah menabrak truk kontainer di Cirebon, Jawa Barat. Tidak ada korban jiwa, namun masinis dan beberapa penumpang terluka. Kejadian ini menyebabkan jadwal kereta terhambat dan evakuasi berjalan sulit karena bobot CC 206 yang berat.[7][8]
- Pada tanggal 9 Maret 2015, kereta api Argo Bromo Anggrek yang ditarik CC 206 13 68 menabrak sebuah truk pasir nopol G 1827 CC di Desa Ngasinan, Weleri, Kendal. Akibatnya, truk rusak parah dan sopir truk tewas seketika. [9]
Lokomotif CC 206 13 23 sedang menarik kereta api Argo Lawu, salah satu loko CC 206 yang mengalami kerusakan parah di kabin masinis setelah menabrak gerbong pengangkut pipa besar.
- Pada tanggal 23 Mei 2015, CC 206 13 23 dan beberapa gerbong kereta api Bangunkarta tergelincir dan terguling di Stasiun Waruduwur, Cirebon sampai akhirnya menabrak rangkaian kereta api pipa besar dengan nomor Gapeka 2502. Akibatnya, puluhan orang luka-luka dan sejumlah kereta api lintas utara harus memutar lewat Stasiun Kroya.[10]
- Pada tanggal 29 Agustus 2015, lokomotif CC206 15 07 yang sudah diberi plat nomor menabrak sepur badug dan sebuah warung di dekat Balai Yasa Yogyakarta, karena gagal uji rem. Manager corporate communication Daop 6 Jogja, Gatut Sutiyatmoko, meyakini bahwa kejadian tersebut murni disebabkan oleh kegagalan rem. Saat itu Balai Yasa bekerja sama dengan GE Transportation untuk mengujicobakan lokomotif CC206.[11]
- Pada tanggal 9 September 2016, CC 206 13 13 milik Dipo Induk Sidotopo yang sedang menarik kereta api semen ditabrak kereta derek pemeliharaan listrik aliran atas (LAA) di km 46+500 petak Bojonggede–Cilebut, tak jauh dari stasiun Bojonggede. Kejadian ini mengakibatkan kabin CC 206 tersebut ringsek ditabrak kereta derek dan mengganggu jadwal perjalanan KA Commuter Jabodetabek lintas Bogor-Jakarta.[12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar